Selasa, 11 Mei 2010

Badai Antariksa

Badai Antariksa
Bambang Setiahadi (LAPAN)

MUNGKIN masyarakat banyak yang masih belum mengetahui bahwa di Jawa Timur ada penelitian serius yang secara terus-menerus mengamati apa yang sedang terjadi di Matahari. Pengamatan itu berlangsung di sebuah desa yang disebut Watukosek.
Kawasan tersebut menjadi pilihan karena dalam setahun Matahari hampir tidak pernah tertutup awan. Tanahnya berbukit nan tandus berbatu-batu, hanya ditumbuhi hutan jambu mete. Daerah biasanya dijauhi masyarakat ini ternyata tempat yang sangat baik untuk pengamatan Matahari.

Sekalipun Desa Watukosek terpencil, kegiatan-kegiatannya termasuk dalam salah satu mata rantai observatorium Matahari internasional. Jadi, bersama dengan observatorium Matahari di seluruh dunia melakukan pengamatan Matahari dua puluh empat jam penuh. Peranannya sangat penting untuk memberikan peringatan dini kepada masyarakat kalau di Matahari terjadi sesuatu yang akan mempengaruhi kegiatan di Bumi.
Salah satu peristiwa penting terjadi tanggal 28-30 Oktober 2003. Matahari melepaskan tenaganya yang mahadahsyat berupa ledakan disertai dengan embusan angin yang sangat kuat. Tidak kurang dari 100 juta ton materi dari permukaan Matahari ditembakkan dengan kecepatan 500 km per detik atau sekitar 1.800.000 km per jam! Sungguh sangat luar biasa.
Peristiwa itu sering disebut sebagai badai antariksa. Mungkin ada pembaca yang belum mengetahui bahwa badai tidak hanya terjadi di Bumi saja. Badai juga terjadi di antariksa. Namun, badai antariksa yang berasal dari Matahari akan jauh lebih dahsyat daripada badai apa pun yang sudah sering terjadi di Bumi.

Matahari memang sering kali sulit diduga kelakuannya. Kadang tenang, kadang bergejolak. Karena itu, di Watukosek kegiatan mengamati Matahari tidak pernah mengenal hari libur.
GEJALA akan terjadinya peristiwa dahsyat pertama kali dideteksi tanggal 23 Oktober 2003 oleh seorang pengamat Matahari di Watukosek, Stefanus Sudarji. Biasanya di permukaan Matahari akan terlihat timbulnya bintik "hitam" Matahari.
Sudarji melihat ada sebuah bintik hitam Matahari yang berkembang sangat pesat dan berubah menjadi sebuah "bintik Matahari" raksasa. Besarnya tak kurang dari 10 kali ukuran Bumi.
Maka secara bergilir pada hari-hari berikutnya dilakukan pengamatan yang lebih saksama oleh Nanang Widodo, Akhmad Sodikin, Nuraeni, dan Marlan. Pada tanggal 28 Oktober, bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda, penulis bersama para ahli tersebut memutuskan untuk memberikan peringatan dini secara internasional pada sore harinya.

Saat itu ukuran bintik Matahari sudah mencapai tak kurang dari 70-80 kali ukuran Bumi. Pada tanggal 30 Oktober, saat penulis mendapatkan giliran pengamatan, diputuskan secara bersama untuk sekali lagi memberikan peringatan internasional akan bahaya susulan dari badai antariksa yang datang dari bintik Matahari raksasa tersebut.
Lebih kurang sepuluh tahun yang lalu, saat penulis belajar di Jepang, tidak banyak mahasiswa pascasarjana yang belajar akan kedahsyatan badai antariksa yang "ditiupkan" oleh Matahari. Baru pada tahun-tahun terakhir ini banyak ahli yang mulai menyadari pentingnya menyelidiki sekaligus mempelajari bahaya yang dapat ditimbulkan.
Matinya listrik di beberapa kota di Kanada dan Rusia adalah contoh-contoh dampak yang ditimbulkan oleh hadirnya badai antariksa yang ditiupkan Matahari. Begitu juga kekacauan komunikasi dan navigasi jarak jauh pada kapal laut jalur internasional. Gangguan serupa dapat terjadi pula pada penerbangan jarak jauh.

Ada suatu peristiwa badai antariksa yang agak lama berselang, yaitu Maret 1989, yang mampu membelokkan jarum kompas hingga 8-10° dari arah yang seharusnya. Bayangkan, berapa puluh ribu kilometer arah kapal atau pesawat terbang dapat meleset dari jalur semula!
BEGITU penting dan berbahayanya badai antariksa ini sehingga para ahli memandang perlu untuk mempelajari secara mendalam dan teliti tentang apa dan bagaimana proses munculnya badai antariksa ini pada Matahari serta dampaknya pada alam semesta.

Dari Desa Watukosek, para peneliti sudah lama mempelajari perilaku badai antariksa ini. Tetapi, masih banyak hal yang menjadi misteri tentang penyebab timbulnya badai dahsyat dari Matahari ini. Apalagi bukan hanya misteri yang harus diungkap, tetapi juga lebih dari itu.
Yang jelas, sebelum efek badai itu mencapai Bumi, para peneliti sudah harus memberikan peringatan kepada masyarakat sehingga dampak buruknya bisa diminimalkan. Ini suatu tugas berat tentunya.

Sumber : Kompas (14 November 2003)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Designed by Animart Powered by Blogger